Rujukan
Maman
Surahman dan Sudradjat Departemen Agronomi dan Hortikutura, Fakultas Pertanian
IPB dalam Naskah Akademis Penyusunan
Konsep Ecovillage
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/81610/2/Sistem%20Pertanian%20Terpadu.pdf Penulis
1. Asmawati, S.P (Pengawas Mutu Hasil Pertanian Ahli Muda,
Direktorat Serealia)
2.
Marwanti, S.P (Pengawas Mutu Hasil Pertanian Ahli Muda, Direktorat Serealia) https://tanamanpangan.pertanian.go.id/detil-konten/iptek/27
Pertanian terpadu adalah
keglatan pengelolaan sumber daya hayati yang mencakup tanaman, hewan ternak, dan atau ikan. Keterpaduan
pertanian demikian
merujuk pada pengertian keterpaduan agribisnis secara horizontal, yang dapat dipenuhi oleh suatu sistem LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture).
Seringkali,
keterpaduan juga dipahami menurut pengertian keterpaduan secara vertikal yakni
kegiatan agrlbisnis yang sekaJigus mencakup keglatan budidaya pertanian (on
farm) dan kegiatan agroindustri dan perdagangan hasil pertanian (off farm).
Sejarah pertanian
menunjukkan bahwa
sistem pertanian telah berkembang dari sistem indigenous yang ramah lingkungan ke sistem konvenslonal,
industrial, atau modern yang tldak ramah lingkungan. Ketidakramahan slstem
pertanian konvensional itu, yang notabene berkembang leblh dahulu di
Negara-negara maju, terjadl karena penggunaan teknologi yang sarat masukan luar
berupa agrokimia terutama pupuk inorganic dan pestisida buatan. Di Negara berkembang yang
berlklim tropika, termasuk Indonesia, ketldakramahan sistem pertanlan lebih
besar lagl akibat bergesernya lahan-Iahan pertanlanoke daerah perbukitan. Hal
inl terjadi karena adanya tekanan penduduk dan konversi lahan pertanian menjadi
lahan pemukiman dan industri/pabrik.
Sebagai akibatnya
pertanian tropika telah cenderung berkembang menuju slstem yang rnenggunakan
masukan eksternal berlebihan (high-external-input agriculture, HEIA) atau
sistem pertanian yang menggunakan sumberdaya lokal secara intensif dengan
sedikit atau tidak sarna sekali menggunakan masukan eksternal, sehingga
mengakibatkan kerusakan sumberdaya alam (low-external-input agriculture, LElA).
HEIA merupakan pertanian konvensional dan banyak dipraktikan di lahan-Iahan
yang secara ekologik relatif seragam dan dapat dengan mudah dikontrol. Sistem
ini telah terbukti berhasil meningkatkan produksi pertanlan berkat dukungan
masukan eksternal yang berupa benih varietas unggul (terutama hibrida),
agrokimia (terutama pupuk anorganik dan pestislda buatan), bahan bakar asal·
fosil untuk mekanisasi, dan dalam beberapa kasus juga irigasi.
Namun, HEIA disadari
berdampak pada hal-hal yang tidak diinginkan, berupa kondisi lingkungan yang
rusak dan berbahaya bagi mahluk hidup termasuk manusia. Hal ini terjadi karena
sistem tersebut sangat bergantung pada masukan kimia artificial seperti yang
telah dikemukakan.
LElA, meskipun menggunakan masukan eksternal yang rendah,
bukanlah merupakan slstem pertanian yang ramah lingkungan. Hal ini terjadl
karena slstem ini banyak dipraktikan di kawasan yang tersebar dan rawan erosi,
seperti di lahan-Iahan yang berlereng di perbukitan. Karena tidak ada lahan
alternatif yang dapat dlusahakan, petani sering kali terdorong untuk
mengeksploitasi lahan marginal tersebut di luar daya dUkungnya. Oegradasi tanah
berlangsung akibat hara yang terangkut ke luar kebun oleh hasil panen dan/atau
erosi tidak terganti karena kurang atau tidak adanya masukan eksternal dan
tidak ada atau tidak memadainya usaha-usaha pengawetan tanah. Perluasan L'EIA
ke kawasan baru yang umumnya juga marginal menyebabkan penggundulan hutan,
degradasitanah, dan peningkatan kerentanan terhadap hama-penyakit dan bencana
kekeringan yang berkepanjangan. Oleh karena itu, seperti halnya HEIA, sistem
lElA pun tidak berkelanjutan.
Terdapat lima model
sistem pertanian terpadu yang dapat dibuka, yaitu:
1) sistem pertanian
terpadu berbasls tanaman,
2) slstem pertanian
terpadu berbasis ternak
3) sistem pertanian
terpadu berbasis perikanan darat
4) slstem pertanian
terpadu berbasis agroforestry
S) sistem pertanian
terpadu berbasis agrolndustri
Masing-masing model
sistem pertanian terpadu tersebut memiliki fokus "agrlbisnis" dalam
tanaman pertanian, peternakan, perikanan darat, kehutanan, dan agrolndustri.
Model sistem pertanian terpadu yang akan dlkembangkan dl suatu daerah perlu
disesuaikan dengan karakteristik daerah tersebut.
Pertimbangan yang perlu
diperhatikan adalah:
1) Pillhan komoditi
dan teknologlnya sesuai dengan kondisi setempat (spesifik lokasi).
2) Nitai ekonominya
dapat memenuhi kebutuhan hidup layak (KHL) petani, dan
3) Kinerjanya tidak merusak
lingkungan.
Agroekosistem yang
berkelanjutan ini pada akhirnya diharapkan dapat menjadi sistem pertanian yang
bebas limbah (zero waste).
Sistem pertanian
terpadu pada dasarnya merupakan sistem pertanian yang dicirikan dengan adanya
interaksi dan keterkaitan (linkages) yang sinergis antar berbagai aktivitas
pertanian yang dapat meningkatkan efisiensi.produktivitas. kemandirlan. serta
kesejahteraan petani seeara berkelanjutan. Seeara substansial. substansl
keterkaitan yang dimaksud menyangkut berbagal bentuk aUran energi/biomassa dan
kapital. Adanya keterkaitan dalam sistem produksi dapat mengurangi penggunaan
dan kebergantungan pada masukan (input) produksi eksternal. baik berupa pupuk,
obat-obatan maupun benih, lebih khusus lagi kebergantungan pada masukan
inorganik (kimia), yang eenderung meningkat nilai tukarnya jika dibandingkan
dengan nilai tukar produk-produk utama pertanian tanaman pangan.
Dalam
konsep sistem pertanian terpadu dikenal istilah 4F yang merupakan hasil utama
yang akan diperoleh dari kegiatan sistem pertanian terpadu. 4F tersebut menurut
Arifin berupa:
a) F1: Food (Makanan)
Food
merupakan hasil utama yang akan diperoleh dari kegiatan sistem pertanian terpadu
yang akan menjadi sumber pangan bagi manusia. Contohnya hasil dari produk
tanaman pangan berupa padi, jagung, umbi-umbian, dan kacang-kacangan. Hasil
dari produk hortikultura berupa sayuran dan buah-buahan. Hasil dari peternakan
seperti daging ayam, itik, kambing, sapi dan lainnya. Hasil dari budidaya ikan
maupun produk hasil perkebunan berupa kelapa, kopi, dan lainnya.
b) F2: Feed (Pakan Ternak)
Feed
merupakan hasil yang diperoleh dari produk samping budidaya tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan maupun perikanan. Contohnya bekatul merupakan produk
samping tanaman pangan untuk makanan ayam ataupun itik maupun ikan.
c) F3: Fuel (Energi dalam Berbagai Bentuk)
Fuel
merupakan hasil yang diperoleh dari pengolahan produk samping peternakan maupun
tanaman. Contohnya pengolahan produk samping kotoran ternak yang menghasilkan
biogas, pengolahan sekam padi yang dapat menghasilkan cuka kayu untuk
mengawetkan makanan.
d) F4: Fertilizer (Pupuk)
Fertilizer
merupakan hasil yang diperoleh dari pengolahan produk samping peternakan maupun
tanaman menjadi pupuk organik padat atau cair. Contoh produk samping kotoran
ternak dan sisa serasah tanaman ataupaun jerami yang difermentasikan akan
menghasilkan pupuk organik.
created with
Website Builder Software .